Monseigneur Albertus Soegijapranata SJ., atau lebih dikenal dengan Soegija. Lahir 25 November 1896 di Kampung Kepatihan Meten Surakarta. Putra kelima dari perkawinan Karjasoedarma dan Soepijah. Mereka adalah abdi dalem Kraton Surakarta. Dari Surakarta, keluarga Karjasoedarmo pun pindah tempat tinggal ke Wirogunan, Yogyakarta. Soegija kecil sekolah di Sekolah Rakyat di Ngabean. Pindah lagi ke Sekolah Rakyat Pakualaman. Lalu pindah lagi ke HIS Wirogunan. Di HIS Wirogunan inilah, Soegija mengenal Rm F van Lith SJ., yang datang ke Yogyakarta untuk mencari murid yang mau melanjutkan sekolah di Muntilan.
Tahun 1909, Soegija masuk sekolah di Muntilan. Dan, pada 24 Desember 1909 Soegija dibaptis dengan nama permandian Albertus. Tahun 1910, Soegija melanjutkan sekolah di Kweekschool voor Javaanse Onderwijneers, sekolah ini baru saja dibuka waktu itu. Soegija lulus ujian penghabisan di Kweekschool dan diangkat menjadi guru di sekolah tersebut pada tahun 1915. Setelah menjadi guru, tahun 1916, Soegija menyatakan keinginannya untuk menjadi seorang imam.
Tahun 1919, Soegija Berangkat ke Belanda untuk belajar di Gymnasium, Leiden yang diasuh para imam ordo Salib Suci. Setahun berikutnya, tahun 1920, masuk Novisiat Serikat Jesus di Mariendaal, setelah ada ijin khusus dari pembesar Serikat Jesus, karena Soegija menjadi katolik setelah dewasa. 27 September 1922, Soegija mengucapkan Triprasetya dalam Serikat Yesus. Seusai belajar filsafat di Berchmans College, Ondenbosch, Fr. Soegija pulang ke Indonesia dan ditugaskan sebagai guru di Muntilan tahun 1923. Selama di Muntilan ini Fr. Soegija juga aktif di bidang pers sebagai redaktur majalah mingguan Katolik berbahasa Jawa, Swara Tama. Tahun 1928, Berangkatlah Soegija ke Belanda untuk belajar teologi di Maastricht. Setahun kemudian, tahun 1929, untuk pertama kalinya pergi ke Roma menghadap Paus Pius XI bersama-sama dengan empat orang Jesuit dari Asia lainnya. Pada tanggal 25 dan 26 Mei 1931, Soegija resmi menerima tahbisan subdiakonat dan diakonat di Maastricht.
Garin Nugroho mengangkat Mgr Albertus Soegijapranata dalam film karena pesan dari tokoh tersebut berguna untuk persoalan bangsa saat ini. "Saya buat film kalau menurut saya film itu berguna dan ada dialog. Kata-kata dalam film ini tepat untuk hari ini. Soegija memberikan pesan yang aktual untuk hari ini," kata Garin saat jumpa pers film "Soegija" di, Jakarta. Menurut Garin, multikulturalisme menjadi masalah yang mewarnai bangsa saat ini. Hal itu seperti yang telah didengungkan para pendiri bangsa Indonesia.
Soegija, orang pribumi pertama yang diangkat Vatikan menjadi Uskup. Ia memberikan sumbangan besar terhadap berdirinya Republik Indonesia. Meskipun pemimpin umat katolik, Soegija merupakan pemimpin di tengah krisis dan kekacauan atas berbagai agama dan kepercayaan.
Tahun 1909, Soegija masuk sekolah di Muntilan. Dan, pada 24 Desember 1909 Soegija dibaptis dengan nama permandian Albertus. Tahun 1910, Soegija melanjutkan sekolah di Kweekschool voor Javaanse Onderwijneers, sekolah ini baru saja dibuka waktu itu. Soegija lulus ujian penghabisan di Kweekschool dan diangkat menjadi guru di sekolah tersebut pada tahun 1915. Setelah menjadi guru, tahun 1916, Soegija menyatakan keinginannya untuk menjadi seorang imam.
Tahun 1919, Soegija Berangkat ke Belanda untuk belajar di Gymnasium, Leiden yang diasuh para imam ordo Salib Suci. Setahun berikutnya, tahun 1920, masuk Novisiat Serikat Jesus di Mariendaal, setelah ada ijin khusus dari pembesar Serikat Jesus, karena Soegija menjadi katolik setelah dewasa. 27 September 1922, Soegija mengucapkan Triprasetya dalam Serikat Yesus. Seusai belajar filsafat di Berchmans College, Ondenbosch, Fr. Soegija pulang ke Indonesia dan ditugaskan sebagai guru di Muntilan tahun 1923. Selama di Muntilan ini Fr. Soegija juga aktif di bidang pers sebagai redaktur majalah mingguan Katolik berbahasa Jawa, Swara Tama. Tahun 1928, Berangkatlah Soegija ke Belanda untuk belajar teologi di Maastricht. Setahun kemudian, tahun 1929, untuk pertama kalinya pergi ke Roma menghadap Paus Pius XI bersama-sama dengan empat orang Jesuit dari Asia lainnya. Pada tanggal 25 dan 26 Mei 1931, Soegija resmi menerima tahbisan subdiakonat dan diakonat di Maastricht.
Garin Nugroho mengangkat Mgr Albertus Soegijapranata dalam film karena pesan dari tokoh tersebut berguna untuk persoalan bangsa saat ini. "Saya buat film kalau menurut saya film itu berguna dan ada dialog. Kata-kata dalam film ini tepat untuk hari ini. Soegija memberikan pesan yang aktual untuk hari ini," kata Garin saat jumpa pers film "Soegija" di, Jakarta. Menurut Garin, multikulturalisme menjadi masalah yang mewarnai bangsa saat ini. Hal itu seperti yang telah didengungkan para pendiri bangsa Indonesia.
Soegija, orang pribumi pertama yang diangkat Vatikan menjadi Uskup. Ia memberikan sumbangan besar terhadap berdirinya Republik Indonesia. Meskipun pemimpin umat katolik, Soegija merupakan pemimpin di tengah krisis dan kekacauan atas berbagai agama dan kepercayaan.