Kamis 7 Desember 2000 adalah hari terakhir bagi Claude Howard Jones. Suntikan racun mengakhiri hidupnya. Pria asal Texas itu dieksekusi mati di usianya yang ke-60.
Sepuluh tahun kemudian, kasusnya kembali mengemuka gara-gara hasil tes DNA pada sehelai rambut. Tes yang dilakukan Mitotyping Technologies yang dipublikasikan majalah Observer Texas membuktikan bahwa Claude Jones bukan pemilik rambut tersebut.
Apa hubungan sehelai rambut dengan kasus Jones?
Seperti dimuat Brisbane Times Jumat 12 November 2010, Jones yang punya catatan kriminal panjang didakwa membunuh Allen Hilzendager dalam sebuah perampokan toko minuman keras.
Namun Jones bersikukuh, pada saat kejadian ia menunggu di dalam mobil saat rekannya merampok dan menembak korban tiga kali di luar kota Point Blank.
Ia dinyatakan bersalah dalam pembunuhan di tahun 1989 itu dan upaya bandingnya di mentahkan -- atas dasar sehelai rambut yang ditemukan polisi di tempat kejadian perkara (TKP).
Ilmu forensik saat itu terbatas -- hanya bisa menyelidiki rambut itu di bawah mikroskop dan rambut itu memang terlihat seperti rambut Jones.
Belakangan, analisa di bawah mikroskop dikesampingkan berkat perkembangan uji DNA.
Saat menunggu hari-hari terakhirnya, Jones meminta dilakukan tes DNA dan meminta eksekusi ditunda sampai uji DNA dihasilkan. Namun, permintaannya ditolak Gubernur Texas saat itu, George W Bush.
Dokumen yang diperoleh Observer Texas dan Proyek Innocence menunjukkan bahwa: pengacara di kantor gubernur gagal untuk memberitahu Bush bahwa bukti DNA bisa membebaskan Jones.
Sebab, Bush adalah pendukung dilakukannya tes DNA dalam kasus-kasus yang bermuara pada hukuman mati.
Meski ini bukan bukti kuat untuk membuktikan Jones tak bersalah, "tapi rambut adalah satu-satunya bukti yang menghubungkan Jones di TKP. Ini menimbulkan keraguan serius tentang kesalahannya," demikian ditulis Observer.
Seorang hakim Texas saat ini sedang mempertimbangkan apakah Jones memang tidak bersalah -- meski Jones kini telah meninggal di meja eksekusi.
Kasus Jones adalah yang kedua -- bahwa ada keraguan atas kesalahan seorang terpidana mati. Sebelumnya, Cameron Todd Willingham dieksekusi mati pada 2004 setelah dinyatakan terbukti menyeting kebakaran yang membunuh tiga anak perempuannya.
Tetapi beberapa ahli terkenal mengatakan awal tahun ini bahwa ada cacat dalah kasus ini, bahwa bukti Willingham merencanakan pembakaran itu.
• VIVAnews