Mata juling merupakan salah satu bentuk kelainan mata yang dalam bahasa kedokteran disebut dengan Strabismus atau squint. Kelainan mata ini biasanya merupakan salah satu penyakit yang diwariskan (turunan), tapi sampai saat ini penyebab pastinya belum dapat diketahui. Kelainan mata ini adalah suatu keadaan dimana mata mengalami penyimpangan yang tidak normal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya, sehingga garis penglihatan menjadi tidak sejajar dan pada waktu yang bersamaan kedua mata tersebut tidak tertuju pada benda yang sama.
Mata juling bisa terjadi karena faktor bawaan (congenital) sejak bayi lahir atau selama 6 bulan sampai usia 2,5 tahun pertama. Tidak semua orang yang menderita mata juling langsung terlihat, ada yang tersembunyi (phoria) dan baru akan terlihat saat orang tersebut lelah atau sakit. Tapi ada juga yang memang sudah terlihat (tropia) meskipun orang tersebut dalam keadaan baik-baik saja, seperti dikutip dari Healthcare. Untuk penderita tropia, ada empat macam penyimpangan mata yaitu, esotropia (mata menyimpang ke dalam), exotropia (mata menyimpang ke luar), hyperropia (mata menyimpang ke atas) dan hypotropia ( mata menyimpang ke bawah).
Saat ini masih menjadi kontroversi mengenai mata malas (ambliopia) sebagai penyebab atau merupakan efek samping dari mata juling. Orang yang mengalami mata juling dan mata malas dikarakteristikkan oleh hilangnya penglihatan sentral dari satu mata yang biasanya mengarah ke estropia. Namun biasanya mata juling disebabkan oleh tarikan yang tidak sama pada satu atau beberapa otot yang berfungsi mengerakkan mata (strabismus non-paralitik) yang biasanya disebabkan oleh adanya kelainan pada otak. Tapi ada juga yang terjadi akibat tidak berfungsinya satu atau beberapa otot penggerak mata (strabismus paralitik) yang biasanya disebabkan oleh adanya kerusakan saraf.
Perawatan yang biasa dilakukan untuk penderita mata juling biasanya tergantung dari tipe mata juling tersebut. Untuk yang mengalami mata juling dan mata malas sekaligus biasanya dimulai dengan terapi dan penggunaan kacamata. Atau dengan melakukan tindakan operasi untuk memperbaiki mata atau pembedahan untuk memperbaiki otot penggerak mata. Sebaiknya jangan menganggap remeh kelainan mata ini, karena jika tidak diobati bisa menyebabkan kelainan mata yang permanen. Selain itu nantinya membutuhkan waktu pengobatan yang jauh lebih lama.