KOMPAS.COM Duta Masyarakat Sehat Anti Rokok, yang juga adalah Puteri Indonesia Lingkungan 2009, Zukhriatul Hafizah, menyatakan bahwa 1.172 orang meninggal per harinya karena rokok di Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT) inilah, Fiza semakin aktif mengajak semua pihak menyadari bahaya rokok, termasuk kepada perempuan.
Apalagi jumlah perokok perempuan terus bertambah 10 kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Perokok di bawah umur juga meningkat empat kali lipat, kata perempuan yang akrab disapa Fiza ini.
"Rokok menjadi masalah besar dan memprihatinkan. Perlu dilakukan sosialisasi tentang bahaya rokok dengan cara komunikasi yang tepat dan tidak menyinggung. Pesan utamanya adalah menyelamatkan diri sendiri," tegas Fiza, seusai aksi damai antitembakau bersama 38 finalis Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010, yang diadakan oleh Komnas PT di Citywalk Sudirman, Jakarta, Sabtu (2/10/2010).
Indonesia masih belum tegas mengatasi masalah dan dampak rokok. Indonesia ikut merancang konvensi pengendalian tembakau yang diinisiasi WHO 10 tahun lalu, namun hingga sekarang Indonesia belum menandatangani konvensi ini, kata Ketua Harian Komnas PT, Laksmiati A Hanafiah.
Indonesia cukup tertinggal dalam menangani bahaya merokok. Padahal di sejumlah negara terdekat seperti Singapura dan Thailand, rokok dikendalikan lebih serius.
"Di Thailand, rokok seperti narkoba. Rokok juga menjadi barang mahal. Di banyak negara, bungkus rokok juga disertai visual tentang bahaya merokok," kata Fiza kepada Kompas Female.
Banyak cara menyadarkan masyarakat tentang dampak merokok. Seperti yang disebutkan Fiza yang juga diamini Laksmiati. Gambar penyakit yang ditimbulkan rokok harus ada di bungkus rokok, seperti stroke, serangan jantung, dan kanker. Komnas PT juga melakukan advokasi kepada pemerintah untuk melarang iklan rokok dalam tayangan televisi maupun kegiatan sponsorship yang banyak menarik perhatian anak muda, seperti konser musik.
"Sasaran iklan rokok yang masif ini adalah anak muda. Apalagi anak muda masih banyak yang menganggap biasa risiko rokok," kata Laksmiati yang mengaku tak membatasi hak orang untuk merokok dan fokus pada penyadaran bahaya merokok, terutama dari sifat adiktif rokok.