Hipnotis adalah keadaan dimana proses hipnosis dilakukan, dimana seseorang membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis. Orang yang terhipnotis dipercaya berada dalam keadaan mental dimana perhatiannya menjadi terfokus, terkonsentrasi, dan pikirannya lebih mudah menerima permintaan atau sugesti.
Istilah hipnotisme (hipnotis) dan hipnosis pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter bedah asal Skotlandia pada tahun 1841-1842 yang merupakan singkatan dari "syaraf tidur" ("neuro-hypnotism"). Praktik hipnosis oleh James Braid pada awalnya berdasarkan teknik yang dikembangkan oleh Franz Anton Mesmer dan pengikutnya yaitu aliran "Mesmerisme" atau "magnet hewani", namun teorinya berbeda dalam penerapan prosedurnya.
Pengamatannya tentang hipnosis mulanya berawal dari penemuan komite Perancis, yang dilanjutkan dengan pengenalan buku Elements of the Philosophy of the Human Mind (Elemen-elemen Filosofis Pikiran Manusia) (1827) oleh Dugald Stewart, seorang filsuf berpengaruh dari "Scottish School of Common Sense" (Sekolah Skotlandia Untuk Pikiran yang Berakal). Filsuf ini mendorong para dokter untuk melestarikan komponen-komponen dari Mesmerisme dengan menggantikannya menggunakan interpretasi baru menggunakan "akal sehat" berdasarkan hukum fisiologi dan psikologis.
James Braid mendeskripsikan istilah hipnotis, atau tidurnya syaraf, sebagai kondisi di saat sistem syaraf dihentakkan dengan pikiran buatan. Proses ini membuat hipnotis berbeda dengan kondisi tertidur atau tersadar (bangun) pada umumnya.
Praktik-praktik hipnotis pada awalnya dikenal sebagai teknik meditasi dari Timur (oriental). Praktik-praktik hipnotis yang dilakukan kini memiliki kesamaan dengan berbagai bentuk meditasi yoga oleh agama Hindu dan praktik-praktik spiritual kuno, seperti yang dideskripsikan oleh tulisan Persia kuno tentang berbagai macam ritual agama dan ritual penyembuhan yang dilakukan di Timur.
Dalam tulisannya di "Kekuatan Pikiran diatas Kekuatan Jasmani", walaupun James Braid menentang dalil-dalil kepercayaan pada fenomena ini, namun tulisannya menunjukkan bahwa meditasi dari Timur menghasilkan efek-efek hipotisme dalam kesendirian, tanpa hadirnya seseorang yang menghipnotis, sehingga ia melihatnya sebagai bukti bahwa hipnotisme terdapat dalam praktik-praktik kuno meditasi dan bukan dari teori-teori moderen maupun praktik aliran mesmerisme.
Walaupun secara umum efek-efek dari hipnosis diakui, namun banyak perbedaan pendapat antara kalangan ilmuan dan klinis tentang bagaimana hipnosis bekerja. Psikologis E.M Thorton (1976) memperluas analogi tentang hubungan antara hipnosis, aliran mesmerisme, dan sihir. Ia menekankan bahwa subyek yang dihipnotis pada dasarnya diminta untuk "menuju kondisi seperti pasien epilepsi ditirukan seperti sebuah parodi". Apabila subyek terlihat seperti kerasukan, maka hal ini diakibatkan karena kondisi kerasukan melibatkan konteks yang mirip secara sosio-kognitif, layaknya seseorang yang menerima peran yang diberikan kepadanya dan merasakan hubungan antara yang meminta dan diminta.
Bagaimanapun hipnosis dilakukan, pada dasarnya hipnotisme, aliran mesmerisme, histeria, dan kerasukan setan memiliki dasar yang sama dimana konstruksi sosial di rancang oleh pelaku terapi yang antusias akan hal ini, pelaku pertunjukan (showmen), dan pendeta-pendeta atau pelaku ritual agama pada satu sisi - dan disisi lain ada orang-orang yang mudah percaya, penuh imajinasi, penuh kesediaan, diikuti dengan kebutuhan emosional yang tinggi akan kemampuan orang lain untuknya.