|
Headlines News :
Home » » Pembantaian di Stadion Anfield

Pembantaian di Stadion Anfield

Written By. Admin on 15 September 2010 | 10.35


TANGGAL 2 September 1978, langit di Kota Liverpool benar-benar bersih. Matahari masih menghantamkan sinar panas, saat Liverpool menjamu Tottenham Hotspur. Memang bukan partai musuh bebuyutan, tapi pertandingan itu ditunggu banyak orang. Liverpool sebagai tim kelas satu dianggap mendapat ancaman serius dari The Spurs yang baru promosi setelah semusim terdampar di Divisi I.

Bahkan, partai ini dianggap paling menggairahkan di kompetisi Divisi Utama Liga Inggris pekan itu. The Spur di bawah pelatih Keith Burkinshaw dinilai sangat menjanjikan. Meski baru promosi, mereka memiliki tim yang sangat bagus.

Burkinshaw baru membeli dua bintang Argentina yang baru saja sukses membawa negaranya juara Piala Dunia 1978. Mereka adalah Osvaldo Ardiles dan Ricardo Villa. Selain itu, The Spur juga punya pemain rising star yang menjadi harapan Inggris, yakni Glenn Hoddle.

Sebelum pertandingan, media massa sudah membuat preview partai itu bakal ketat. Tuan rumah bakal mendapat perlawanan sengit. Itu yang membuat suasana begitu panas, hingga Liverpudlian tak mau melewatkannya. Mereka berduyun-duyun ke Anfield agar tim kesayangannya tak dipermalukan klub dari London itu.

“Kami mempersiapkan pertandingan ini dengan kerja ekstra. Semua pemain menunggu partai ini. The Spur memang sedang punya tim yang hebat. Tapi, kami tak ingin dipermalukan di depan pendukung sendiri,” ujar gelandang Liverpool waktu itu, Terry McDermott.

Benar saja. The Spurs dibuat kaget atas penampilan Liverpool. The Reds seperti badai yang sulit ditahan. Tim asuhan Bob Paisley ini selalu memainkan permainan cepat tanpa henti sejak pertandingan dimulai. Sehingga, The Spurs pun kesulitan mengembangkan permainan.

Sebaliknya, Liverpool mampu terus menguasai permainan. Gol demi gol pun tercipta dengan mudahnya. Liverpool membantai tim yang dianggap bakal mengancam kemapana tim-tim elite Liga Inggris itu dengan skor meyakinkan, 7-0. Ini kemenangan terbesar Liverpool, sekaligus terbesar di musim 1978-79.

MENGAMUK
Semula, The Spurs masih bisa sedikit mengimbangi permainan Liverpool. Mereka mencoba memainkan gaya sepak bola yang sedikit berbau latin. Umpan-umpan pendek dan pergerakan yang teratur menjadi ciri khasnya. Dimotori Ardiles, Spur mencoba mengacau irama permainan Liverpool.

Ternyata strategi itu tak berjalan. Liverpool justru mengamuk dan mencoba memberi tekanan yang sangat tajam kepada lawan. Kenny Dalglish dkk akan cepat menekan The Spurs, manakala kehilangan bola. Sebaliknya jika menguasai bola, mereka akan melakukan serangan dengan cepat.

Gaya bermain cepat tanpa kenal lelah itu tampaknya membuat tim tamu kesulitan. Bahkan, mereka semakin kehilangan kepercayaan diri setelah Kenny Dalglish mencetak gol pertamanya.

Sejak itu, The Spurs hanya bisa sesekali menyerang. Itupun tak pernah benar-benar berbahaya. Sebab, serangan mereka selalu mentah. Kiper Liverpool, Ray Clemence nyaris tak pernah bekerja keras. Bahkan, memegang bola pun jarang.

Sebaliknya kiper Tottenham Hotspur, Barry Daines harus jatuh-bangun menahan serangan demi serangan yang dilancarkan Liverpool. Belum 30 menit berlangsung, dia harus memungut bola dari jaringnya sebanyak tiga kali. Dua gol susulan Liverpool dicetak oleh Kenny Dalglish dan Ray Kennedy.

Bagusnya, The Spurs tak putus asa. Mereka tetap berusaha mengejar ketinggalan. Sayang, serangan mereka mudah dibaca. Selain itu Ardiles, Glenn Hoddle, dan Ricardo Villa mampu dimatikan oleh para pemain Liverpool. Ketiga pemain ini tak pernah bisa leluasa memegang bola, sehingga permainan Spurs pun kacau.

Memasuki babak kedua, The Spurs mencoba mengubah keadaan. Mereka ganti menerapkan permainan cepat dari kaki ke kaki. Tapi, untuk gaya yang satu ini, Liverpool lebih jago. Sehingga, perubahan strategi itu justru blunder dan menyenangkan tuan rumah.

Setiap kali The Spurs menaikkan tempo serangannya, saat itu juga Liverpool tambah mengamuk. Kecepatan permainan Liverpool bukannya mengendor, tapi justru tambah meningkat. Ini yang membuat Spurs semakin kesulitan.

Graeme Souness dibiarkan terus berada di depan dan memancing pertahanan The Spurs. Sedangkan 9 pemain lainnya seolah memainkan sepak bola total. Mereka menjadi kesatuan dalam menyerang maupun bertahan.

Menguasai permainan membuat Liverpool makin mudah mencetak gol demi gol tambahan. David Johnson yang menggantikan Emily Hughes mencetak dua gol tambahan. Kemudian, Phil Neal dan terry McDermott menambah dua gol.

Sempurna sudah kemenangan Liverpool. Ketakutan terhadap ancaman Spurs ternyata tak beralasan. Walupun akhirnya di sepanjang kompetisi Spurs memang tampil bagus, tapi tidak di Anfield. Stadion yang angker itu menjadi tempat pembantaian Glenn Hoddle dkk yang sulit mereka lupakan.

Bagi Liverpool sendiri, kemenangan tersebut merupakan kenangan amat indah. Apalagi, kemenangan itu menegaskan keperkasaan The Reds di Inggris. Di akhir kompetisi, mereka akhirnya tampil sebagai juara.

“Itu pertandingan indah yang tak mungkin kami lupakan. Banyak kenangan yang ditinggalkan,” kata McDermott yang mencetak gol terindah dalam pertandingan tersebut. Bahkan, gol ke-7 Liverpool yang dia cetak itu merupakan gol terindah dalam kariernya. (Hery Prasetyo)

Rekaman pertandingan
Ajang: Divisi Utama Liga Inggris
Skor: 7-0
Tanggal: 2 September 1978
Stadion: Anfield
Penonton: 50.705
Wasit: Bob Sheperd
Skuad Liverpool: R. Clemence, P. Neal, A. Kennedy, P. Thompson, R. Kennedy, E. Hughes (D. Johnson), K. Dalglish, J. Case, S. Heighway, T. McDermott, G. Souness (Pelatih: Bob Paisley)
Skuad Tottenham: B. Daines, D. McAllister, T. Naylor, G. Hoddle, J. Lacy, S. Perryman, R.Villa, O. Ardiles, P. Taylor, J. Duncan, N. McNab (Pelatih: Keith Burkinshaw)

Rekaman gol
Rata-rata gol yang dicetak Liverpool sangat indah. Setidaknya, 6 dari 7 gol tercipta melaui kerja sama yang rapi. Berikut rekaman gol-gol tersebut.

Gol ke-1
Ray Kennedy memberi umpan ke kanan kepada Jimmy Case. Setelah mendekat kotak penalti, Case mencoba melepaskan tendangan ke gawang. Tapi bola tertahan kaki Kenny Dalglish. Tanpa pikir panjang, Dalglish melakukan tendangan menyusur dan menaklukkan kiper The Spurs, Barry Daines.

Gol ke-2
Kennedy mencoba menendang bola ke gawang, setelah menerima umpan dari Dalglish. Membentur kaki Hoddle. Bola rebound mengarah ke Souness. Tendangannya kembali membentur. Kali ini Dalglis mengambil bola rebound dan melesakkannya ke gawang.

Gol ke-3
Umpan silang McDermott dari sisi kiri pertahanan The Spurs langsung disambar Ray Kennedy. Lacy mencoba menghalang, tapi bola keburu masuk gawang Spurs.

Gol ke-4
Dalglish melakukan tendangan voli ke gawang The Spurs. Bola membentur gawang dan mental. David Johnson yang mendapatkan bola tanpa ampun mengirimnya ke gawang lawan.

Gol ke-5
Dalglish yang mendapat umpan manis, kesulitan menendang ke gawang. Bola diberikan kepada Johnson yang langsung menghukum gawang The Spurs.

Gol ke-6
Phil Neal melakukan tendangan bebas dari luar kotak penalti. Barry Daines mampu menahannya. Entah karena apa, tendangan diulang. Kali ini, tendangan Neal gagal dihalau Daines.

Gol ke-7
Sebuah serangan cepat dan effektif. Bermula tendangan posok The Spurs. Bola dihalau dan dikuasai Dalglish. Tanpa membuat waktu, dia mengumpan kepada David Johnson yang langsung memberikannya kepada Heighway. Heighway melakukan umpan silang. Terry McDermott yang sejak awal berlari tanpa henti dari pertahanannya sendiri (sekitar 70 yard) langsung menanduk bola Highway dan gol. Ini dinilai gol terindah musim itu.
{[['']]}

Artikel Terkait...

Comments
0 Comments

0 komentar:

Translate

Pages on Facebook & Twitter

   
 
Template Design by Creating Website Published by Mas Template
Modify by Yunieka - All Rights Reserved