Ilmuwan mempelajari tingkah laku beruang kutub di area Beaufort, Alaska Utara dan Kanada. Mereka mengklaim tindakan untuk mempertahankan diri pada beruang ini merupakan dampak dari perubahan iklim. Beruang kutub dikenal bisa berenang di antara daratan es maupun laut untuk berburu anjing laut.
Namun, ilmuwan menyebutkan es laut yang mencair telah mendorong banyaknya beruang kutub berenang dengan jarak lebih besar. Namun ini sangat membahayakan kesehatan dan kelangsungan hidup spesies hewan berbulu putih ini.
Dalam temuan yang dipublikasikan di jurnal Polar Biology, ilmuwan dari Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika AS (United States Geological Survey/USGS) mengungkapkan bukti pertama soal fenomena renang jarak jauh beruang kutub.
"Mereka terus-menerus berenang selama 232 jam dengan jarak tempuh sekitar 687 kilometer di perairan 2-6 derajat Celcius," ujar peneliti ilmu hewan George M. Durner yang melakukan studi ini.
"Kami takjub mengetahui bahwa hewan telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berenang di permukaan laut es terus menerus begitu lama di air yang sangat dingin. Ini benar-benar luar biasa," kata Durner prihatin.
Studi ini juga menemukan bahwa beruang mampu berenang dan berjalan di permukaan es sekitar 1.200 mil. Meski beruang kutub mampu melakukan perjalanan panjang, muncul kekhawatiran besar di kalangan pemerhati lingkungan.
Tak hanya kehilangan bobot tubuh, beruang kutub bisa kehilangan anak dalam perjalanan karena tak sanggup melewati cuaca ekstrim. Hewan ini terus berenang di antara gumpalan es terapung untuk mencari mangsa. Namun suhu pemanasan global membuat perjalanan mereka menyeramkan.
�Beruang bisa kehilangan 22% bobot tubuh dan anak yang berusia sekitar satu tahun,� ujar Durner. Sangat sulit bagi anak beruang untuk berenang jarak jauh.
Beruang kutub atau Ursus maritimus hidup di lingkaran Artik dan mengkonsumsi anjing laut atau Pusa Hispida untuk bertahan hidup.
�Beruang kutub adalah salah satu mamalia paling berisiko punah terkait perubahan iklim,� tegas Durner. [vin]