Beberapa saat sebelum kelompok oposisi melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran, Mesir dilanda pemblokiran akses layanan internet dan SMS.
Seperti dikutip dari situs Mashable, penyedia layanan internet besar di Mesir yang berbasis di Italia, Sebone, mengatakan bahwa sama sekali tidak ada trafik internet dari Mesir sejak 00.30 pagi waktu Mesir.
Beberapa reporter dan warga Mesir juga melaporkan hal yang sama, bahkan layanan SMS pun juga terblokir. Padahal, kelompok oposisi mengandalkan media sosial untuk mengorganisasikan rencana-rencana mereka.
Misalnya saja, melalui jejaring mikroblog Twitter, akan dapat dijumpai dengan mudah hashtag '#Jan25' yang mengacu pada komunikasi pada saat aksi unjuk rasa 25 Januari lalu.
"Saya curiga blokir internet ini hanya bagian kecil dari upaya pemerintah yang disiapkan untuk menangkal aksi oposisi Jumat ini," kata Ben Wederman, jurnalis CNN yang telah meliput di Mesir melalui tweetnya.
Pemerintah Mesir sendiri sebelumnya telah memblokir layanan Facebook dan Twitter di negaranya, namun langkah itu bisa diakali oleh para oposan dengan menggunakan situs proxy, software dan aplikasi mobile, maupun koneksi aman via Virtual Private Network.
Gerakan oposisi di Mesir sendiri terinspirasi oleh gerakan revolusi di Tunisia yang telah memaksa Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang telah berkuasa selama 23 tahun. Adapun di Mesir, pemerintahan Presiden Hosni Mubarak telah berkuasa selama 31 tahun sejak 1981.