KESAKSIAN DARI LIBYA
RMOL. Banyak pihak yang terlibat dalam konspirasi untuk menjatuhkan Moammar Khaddafi yang selama ini dikenal non-kompromistis terhadap asing. Dengan demikian pemberitaan tentang Libya banyak sekali yang bias, didramatisasi dan sangat berlebihan.
Begitu kesaksian Gelar Digjaya Muhammad, salah seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Islamic Call College Tripoli.
Dalam e-mail yang dikirimkan ke redaksi Rakyat Merdeka Online, mahasiswa jurusan ilmu ekonomi dan keuangan asal Bandung itu mengatakan, kebanyakan media massa Barat dan semi-Barat mengandalkan berita dari saksi mata yang tidak jelas.
�Saya melihat saksi mata tersebut adalah jaringan konspirasi yang sudah disiapkan musuh-musuh Khaddafi semenjak jatuhnya rezim Ben Ali di Tunisia,� ujar Gelar yang juga Ketua Departemen Kaderisasi Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia dan Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu-ilmu Ekonomi di kampusnya.
Penjelasan terakhir pemerintah Libya menyebutkan bahwa korban yang Tewas dalam demonstrasi yang terjadi sejak pertengahan bulan ini ad alah 110 anggota pasukan keamanan, 222 orang sipil. Di antara korban sipil 120 adalah warga Benghazi yang terletak 1.000 km ke arah timur dari Tripoli. Di kota inilah demonstrasi berawal pada tanggal 16 dan 17 Februari.
Benghazi adalah ibukota Libya sebelum Kaddafi berkuasa di tahun 1965. Kota itu juga dikenal sebagai konsentrasi pengikut Raja Idris yang digulingkan Khaddafi. Sudah sejak lama warga Benghazi ingin memisahkan diri dari pemerintahan Khaddafi. Kaum oposan di Benghazi pun memanfaatkan momen �tsunami demo� yang sedang berlangsung di Timur Tengah.
�Saat ini Benghazi masih berada di bawah kendali demonstran oposan. Demonstran oposan di Benghazi sebagiannya bersenjata setelah banyak unsur tentara pemerintah di Benghazi yang belot, gudang senjata dikuasai, bahkan tank-tank,� demikian Gelar. [guh]