Pluto, planet terjauh dari sistem tata surya kita memiliki atmosfir yang unik. Dibandingkan dengan milik Bumi, atmosfir di Pluto terbalik. Semakin tinggi, suhunya semakin tinggi, bukannya semakin rendah.
Dari pengukuran yang dilakukan oleh astronom, menggunakan Very Large Telescope milik European Southern Observatory, diketahui bahwa metana merupakan gas kedua paling banyak yang ada di atmosfirnya. Gas itu juga lebih panas di tempat yang lebih tinggi dibanding di permukaan planet.
Efek sampingnya, atmosfir bagian atas Pluto memiliki suhu sekitar 50 derajat Celcius. Lebih hangat dibandingkan dengan suhu di permukaan Pluto yang mencapai 230 derajat Celcius di bawah 0.
Menurut spekulasi Emmanuel Lellouch, ketua tim peneliti dari Paris Observatory, Prancis, di permukaan Pluto terdapat lapisan tipis beku dari metana dan gas-gas lain.
“Saat orbit Pluto sedang dekat dengan Matahari, gas beku itu menguap,” kata Lellocuh, seperti dikutip dari National Geographic, 17 Desember 2010. “Proses ini, disebut juga dengan sublimasi, mendinginkan permukaan Pluto sekaligus menghangatkan atmosfirnya,” ucapnya.
Menurut Leslie Young, Deputy Project Scientist for NASA, penemuan itu memberi petunjuk terhadap observasi lebih lanjut yang akan dilakukan satelit New Horizons.
“Kita tahu bahwa Pluto mengalami perubahan saat ia mengelilingi Matahari,” ucap Young. “Mengombinasikan hasil temuan observasi di bumi dengan data yang akan dikumpulkan New Horizons akan memberikan petunjuk jelas seputar perilaku planet kerdil tersebut,” ucapnya.
Sebagai informasi, satelit New Horizons yang diluncurkan pada 19 Januari 2006 diperkirakan akan tiba di orbit Pluto pada 14 Juli 2015 mendatang.