Munarti Ari dan Herman Obos, pengamen yang biasa beroperasi di perempatan Megaria sampai depan kampus Universitas Indonesia Salemba. Sering kali aktivitas mereka terganggu manakala Presiden Soeharto melintas.
Kejadian itu terus dialami setiap hari Rabu dan Jumat, ketika Soeharto dengan dikawal pasukan pengaman presiden lewat menuju lapangan golf Rawamangun. Melihat kondisi itu tiba-tiba saja terlintas ide di kepala Munarti.
Akhirnya, pada tahun 1986 di bawah terik matahari, bersama Herman, Munarti merencanakan sesuatu saat Soeharto melintas. Sambil menenteng gitar dan biola, keduanya memberikan hormat. Selama sebulan hal itu terus dilakukan.
"Beberapa saat jelang presiden lewat, jalanan tempat kami mencari nafkah disterilkan. Saya sering diusir dan hampir ditempeleng," kenang Munarti dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Ternyata apa yang dilakukan Munarti berdampak positif, tiap kali lewat depan RSCM iring-iringan mobil presiden berjalan lebih perlahan. Menurut Munardi, keajaiban terjadi pada bulan berikutnya. Tentu, hal itu sungguh di luar dugaan. Bagaimana tidak, mobil yang membawa Soeharto mendekati mereka.
"Kaca hitam jendela belakang mobil turun perlahan dan munculah senyuman khas Pak Harto. Seketika saya dan Obos memberi hormat dan berseru, Selamat siang, Pak."
Rupanya itu menjadi titik balik dalam kehidupan keduanya. Pada Juli di tahun yang sama seorang utusan Mbak Tutut, putri Pak Harto mencari mereka. Kemudian, keduanya dibawa ke kantor PT Citra Lamtorogung Persada di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.
Kemudian, Mbak Tutut meminta kepada Munardi bersama teman-temannya untuk menghibur para tamu dalam acara ulang tahun pernikahan Pak Harto dan Ibu Tien. Bahkan sebelum tampil Mbak Tutut menyediakan pelatih seni.
Singkat kata Munardi menghibur para menteri dan undangan lain. Setelah tampil, Munardi sempat berdialog dengan Pak Harto. Yang mengejutkan Munardi, ketika Pak Harto memintanya menghubungi Mbak Tutut untuk membicarakan pekerjaan.
"Saya buat lamaran ke PT Citra Lamtorogung, tak lama menunggu saya langsung diterima. Pekerjaan saya memperlancar beragam program Banpres dari Pak Harto," katanya. Kala itu Munardi mendapat upah Rp 135.000 perbulan.
Pada 1993, Munardi yang sudah dipindah ke bagian administrasi dan surat-menyurat kembali menyanyi di ulang tahun pernikahan Pak Harto. Seperti sebelumnya, Munardi kembali diajak berdialog oleh Pak Harto.
"Bagaimana Ri, setelah bekerja?" tanya Pak Harto seperti dituturkan oleh Munardi.
"Saya sudah alhamdulillah sekali, Pak. Sekarang saya sudah punya istri dengan lima anak, juga punya rumah," jawab Munardi. Mendengar itu Pak Harto hanya manggut-manggut tersenyum kemudian berkata, "Tolong ditekuni ya."
Kisah pertemuan Soeharto dengan para pengamen ini juga dituturkan dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada halaman 385. Kala itu mereka tak pede menyanyi depan Soeharto.
"Mereka seperti merasa malu, merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka itu, tercermin dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan," kata Soeharto.
Soeharto menyemangati mereka. Menurutnya seorang pengamen yang mencari rezeki dengan halal masih lebih mulia dari koruptor atau pencuri.