VeHealth - Kadar terapeutik obat tuberkulosis untuk pasien Indonesia tidak perlu setinggi pasien Kaukasia. Pemberian dosis rifampisin, obat utama tuberkulosis, di bawah ambang terapeutik tetap menyembuhkan sebagian besar penderita di Indonesia.
Hal itu dikonfirmasi lewat penelitian Erlina Burhan untuk disertasi doktornya, �Hubungan Konsentrasi Rifampisin Darah dengan Respons Pengobatan Berdasarkan Hasil Biakan Kuman Mycobacterium tuberculosis pada Pasien TB Paru yang Diobati dengan Kombinasi Dosis Tetap�. Erlina mendapatkan yudisium sangat memuaskan saat mempertahankan disertasinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis (26/7).
Bertindak sebagai promotor Guru Besar Ilmu Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI Hadiarto Mangunnegoro dan kopromotor Guru Besar Ilmu Farmakologi Klinik FKUI Purwantyastuti serta dokter spesialis penyakit dalam dari Universitas Radboud, Nijmegen, Belanda, Reinout van Crevel.
Hasil penelitian Erlina pada 201 pasien tuberkulosis (TB) menyebutkan, tidak ada hubungan bermakna antara konsentrasi rifampisin dan respons pengobatan. �Konsentrasi rifampisin pada darah orang Indonesia tidak perlu setinggi orang Barat yang di atas 8 mg/l. Dengan kadar di bawah kombinasi dosis standar, pasien di Indonesia tetap sembuh,� katanya.
Jenis kuman TB di Indonesia berbeda dengan di Asia Tenggara yang umumnya galur Beijing yang bersifat ganas dan cenderung resisten. Di Indonesia, kuman yang beredar adalah galur non-Beijing.
Erlina mengusulkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan konsentrasi dan dosis obat yang paling sesuai untuk penduduk Indonesia. Pemberian dosis obat yang terlalu tinggi mengakibatkan keracunan pada hati, yang ditandai dengan kenaikan bilirubin, mual, dan muntah.
�Karena efek samping berat, banyak pasien berhenti minum obat. Akibatnya, kuman TB bermutasi menjadi resisten sehingga obat-obat yang dikonsumsi tidak mempan,� paparnya.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2011 menyatakan, Indonesia berada di peringkat keempat untuk beban penyakit TB setelah India, China, dan Afrika Selatan dengan angka kematian 27 per 100.000 penduduk. (ka)
sumber: kompas